Lazada Indonesia

Pages

Saturday, February 2, 2013

Pengertian Resensi dan Unsur-unsurnya


Pokok Pembahasan
1. Apa Pengertian “Resensi” ?
2. Apakah tujuan dari pembuatan “Resensi” ?
3. Sebutkan unsur-unsur yang terkandung di dalam “Resensi” ?


A. Pengertian Resensi

Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.

B. Pengertian Resensi Menurut Pendapat Alhi

Berikut ini adalah pengertin resensi menurut pendapat para ahli.
1. WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada halayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
2. Menurut Panuti Sudjiman (1984) resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
3. Saryono (1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esay dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.

C. Tujuan Resensi

Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut.
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku

D. Jenis-jenis Resensi

Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.

E. Unsur-unsur Resensi

Dalam membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam pembuatan resensi.
1. Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.
2. Menyusun data buku
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul buku;
b. Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi buku;
f. Harga buku;
3. Isi resensi buku
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.
4. Penutup resensi buku
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.

F. Tahap Penulisan Resensi

Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku yang akan diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi buku.
2. Tahap Pengerjaan
a. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting di dalamnya.
b. Membuat isi resensi, diantaranya:
• Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.
• Menentukan judul resensi.
• Membuat ringkasan secara garis besar.
• Memberikan penilaian buku.
• Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.

G. Tips Menulis Resensi

Berikut ini adalah tips dalam menulis resensi:
1. Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.
2. Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.
3. Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
4. Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.
5. Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.
6. Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca atau tidak.


Reverensi

http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik-_menulis_resensi_buku
http://jajawilsa.blogspot.com
http://roniyusron.wordpress.com/2012/05/28/7-cara-menulis-resensi-buku

Karya Ilmiah dan Jenis-jenisnya


Pokok Pembahasan

1. Apa pengertian dari karya ilmiah ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pembuatan karya ilmiah ?
3. Sebutkan bentuk-bentuk dan jenis dari karya ilmiah ?
4. Bagaimana sistematika penulisan sebuah karya ilmiah ?


A. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah (scientific paper) adalah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Jika fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bila fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.

B. Tujuan Karya Ilmiah

Adapun tujuan dari pembuatan karya ilmiah adalah:
1. Sebagai wahana melatih pemikiran dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2. Menumbuhkan etos ilmiah.
3. Sebagai wahana pegembangan ilmu.
4. Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

C. Manfaat Karya Ilmiah

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah:
1. Memperoleh kepuasan intelektual.
2. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
3. Mengambangkan sikap aktif, kreatif dan inovatif.
4. Mengenal kegiatan kepustakaan.
5. Sebagai dasar penelitian selanjutnya.

D. Bentuk Karya Ilmiah

Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan di dalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Pada jenjang perguruan tinggi karya ilmiah ini digunakan sebagai tugas akhir.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.

E. Ciri-ciri Karya Ilmiah

1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

F. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

1. Bagian Pembuka
­

  • Cover
    ­
  • Halaman judul.
    ­
  • Halaman pengesahan.
    ­
  • Abstraksi
    ­
  • Kata pengantar.
    ­
  • Daftar isi.
    ­
  • Ringkasan isi.
2. Bagian Isi
  • Pendahuluan
    ­
  • Latar belakang.
    ­
  • Rumusan masalah.
    ­
  • Pembatasan masalah.
    ­
  • Tujuan penelitian.
    ­
  • Manfaat penelitian.
Kajian teori atau tinjauan kepustakaan
­
  • Pembahasan teori
    ­
  • Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
    ­
  • Pengajuan hipotesis
Metodologi penelitian
­
  • Waktu dan tempat penelitian.
    ­
  • Metode dan rancangan penelitian
    ­
  • Populasi dan sampel.
    ­
  • Instrumen penelitian.
    ­
  • Pengumpulan data dan analisis data.
Hasil Penelitian
­
  • Jabaran varibel penelitian.
    ­
  • Hasil penelitian.
    ­
  • Pengajuan hipotesis.
    ­
  • Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.
Bagian penunjang
­
  • Daftar pustaka.
    ­
  • Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.
    ­
  • Daftar Tabel

G. Macam-Macam Karya Ilmiah

1. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
2. Tesis
Tesis adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

H. Sikap Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sikap ingin tahu
Selalu bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2. Sikap kritis Selalu mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3. Sikap obyektif
Selalu menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4. Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
5. Sikap menghargai karya orang lain
Selalu menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6. Sikap tekun
Selalu mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai.
7. Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.


Reverensi

http://www.wikipedia.co.id/karya_ilmiah/
http://google.com

Pengertian Topik, Tema, dan Judul Karangan


Pokok Pembahasan

Apa pengertian topik dan tema?
Bagaimana membuat sebuah topik yang baik?
Apa pengertian judul?
Apakah kerangka karangan itu?
Bagaimana macam dan bentuk sebuah karangan?
Bagaimana pola sebuah karangan?


A. Topik

1. Pengertian Topik

Secara etimologis, kata “topik” berasal dari kata bahasa Yunani, topoi yang berarti “tempat”. Ini berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang digarap menjadi karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? atau Hendak menulis tentang apa?
Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang berifat umum dan belum terurai berbeda dengan topik, adapun judul karangan pada umumnya adalah rincian dan penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara topik dan judul. Topik dapat menjadi judul karangan.namun, antara keduanya terdapat perbedaaan, topik adalah payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya. Sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah.
Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemiihan topik. Pada jelnis karangna lain pada artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai, serta dapat diganti - ganti sepanjang hal itu relevan dengan isi karangan dan sesuai dengan topik yang ditentukan.

2. Sumber Topik

Tak jarang seorang openulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis daat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut.

1. Pengalaman Pribadi
a. Perjalanan
b. Tempat yang pernah dikunjungi
c. Kelompok Anda
d. Wawancara dengan tokoh
e. Kejadian luar biasa
f. Peristiwa lucu

2. Hobi dan Keterampilan
a. Cara melakukan sesuatu
b. Cara kerja sesuatu

3. Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
a. Pekerjaan tambahan
b. Profesi keluarga

4. Pelajaran Sekolah/Kuliah
a. Hasil-hasil penelitian
b. Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

5. Pendapat pribadi
a. Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi
b. Hasil pengamatan pribadi

6. PeristiwaHangat dan Pembicaraan publik
a. Berita halaman muka surat kabar
b. Topik tajuk rencana
c. Artikel
d. Materi kuliah
e. Penemuan mutakhir

7. Masalah Abadi
a. Agama
b. Pendidikan
c. Sosial danmasyarakat
d. Problem pribadi

8. Kilasan Biografi
a. Orang-orang terkenal
b. Orang-orang berjasa

9. Kejadian khusus
a. Perayaan atau peringatan
b. Peristiwa yang eratkaitannya dengan perayaan

10. Minat Khalayak
a. Pekerjaan
b. Hobi
c. Rumah tangga
d. Pengembangan diri
e. Kesehatan dan penampilan
f. Tambahan ilmu
g. Minat khusus

3. Pembatasan Topik

Topik adalah segala yang ingin dibahas. Ini berarti, penulis sudah memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan tersebut. Menurut Sabarti Akhadiah (1994: 211), ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik:
1. ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi
2. cukup menarik untuk dibahas
3. dikenal dengan baik
4. bahannya mudah diperoleh
5. tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan langkah sebagai berikut: Pertama, tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral. Kedua, ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut atau tidak. Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran topik pertama tadi. Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut atau tidak. Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.

4. Kriteria Topik yang Baik

Tahap ini tentu saja sudah menentukan topik yang hendak dikembangkan menjadi suatu karangan. Langkah selanjutnya, pertimbangkanlah apakah topik tersebut menarik untuk dijadikan tulisan dan apakah mampu untuk menuliskannya sebagai sebuah karangan? Untuk menentukan topik yang baik, hal-hal berikut ini dapat dijadikan tolok ukurnya.
1. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan penulisnya. Pastikan bahwa topik yang hendak dibahas benar – benar sudah dikuasai materinya.
2. Topik harus sesuai dengan minat Anda. Topik yang menarik minat Anda akan membuat Anda lancar menuliskannya.Selain itu, jika Anda tertarik untuk menuliskannya tentu akan membuat Anda bersemangat mencari referensinya.
3. Topik harus menarik minat pembaca. Percuma saja menulis sesuatu yang kira-kira tidak membuat orang tertarik untuk membacanya. Meskipun minat baca seseorang tentulah berkaitan dengan latar belakang pengetahuannya. Akan tetapi, jika Anda menulis sesuatu yang baru, eksotik, menyodorkan alternatif lain, menimbulkan rasa ingin tahu, membuat seseorang terlibat emosional, dan hal yang eksotik ini akan menarik orang untuk membacanya.
4. Topik harus dapat ditunjang dengan referensi lain. Suatu topik yang belum ada sama sekali rujukan (referensi) atau materi lain yang menunjang akan sangat merepotkan Anda sendiri, Untuk itu, sedapat mungkin hindarilah dahulu topik seperti itu.
5. Topik harus dibatasi ruang lingkupnya. Topik yang terlalu luas akan menyulitkan Anda sendiri dan akan menyita banyak waktu Anda. Lagi pula pembicaraan Anda tidak akan terfokus. Hal ini akan membuat tulisan Anda terlihat bertele-tele.

5. Cara Membuat Topik

Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam tulisan, pengarang harus benar-benar mengetahui pokok persoalannya. Agar pembicaraan pengarang tidak melantur, hendaknya topik dipersempit sesuai dengan rencana. Dengan itu, akan diperoleh salah satu aspek untuk diangkat menjadi pokok pembahasan karangan. Contoh berikut ini adalah cara untuk mempersempit topik supaya lebih spesifik dari topik sebelumnya.
a. Menurut tempat: negara tertentu lebih khusus dari pada dunia; Jakarta lebih terbatas dari pada Pulau Jawa.Topik “Pulau Jawa sebelum Indonesia Merdeka” dapat dipersempit menjadi “Jakarta sebelum Indonesia Merdeka”.
b. Menurut waktu/periode/zaman: “Kebudayaan Indonesia” dapat dikhususkan menjadi “Seni Patung pada Zaman Kerajaan Hindu”.
c. Menurut hubungan sebab akibat : “Dekadensi Moral di Kalangan Muda-Mudi” dapat dipersempit menjadi “Pokok Pangkal Timbulnya Krisis Moral di Kalangan Muda-Mudi”
d. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, kesenian, ... dan sebagainya.
Karangan tentnag “Usaha-usaha Pemerintah dalam bidang Ekonomi dapat diperkhusus menjadi “Kebijaksanaan Deregulasi di Bidang Ekonomi Selama Ganti”.
e. Menurut aspek khusus umum: idividual-kolektif: “Pengaruh Siaran televisi terhadap Kaum Tanidi Jawa Timur” dapat dipersempit menjadi “Pengaruh Siaran Televisi Boyolali.
f. Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan yang dibicarakan; objek formal ialah sudut dari mana bahan itu kita tinjau, misalnya: “Kesusastraan Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut Gaya Bahasanya (objek formal). Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-kader Baru; Keluarga Berencana ditinjau dari Segi Agama.

6. Tujuan Penulisan

Setelah menemukan topik, langkah selanjutnya menentukan tujuan penulisan. Maksudnya, apa yang ingin dicapai dengan menulis topik karangan terntentu.
Pada dasarnya tujuan penulisan dapat dikelompokkan atas tujuan umum dan tujuan khusus (Rakhmat 1999:24). Tujuan umum bersifat informatif. Adapun tujuan khusus adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

Topik :
Pentingnya Menjaga Perdamaian
Judul :
Damai itu Indah
Tujuan umum :
Argumentasi
Tujuan khusus :
a. Memberi keyakinan pada pembaca bahwa damai memberi ketenangan dan kenyamanan dalam kehidupan kita.
b. Memberi keyakinan pada pembaca bahwa damai membuat kehidupan menjadi lebih indah.
c. Mengajak pembaca untuk selalu menjaga perdamaian.

B. JUDUL

Samakah judul dengan topik? Jawabannya tentu saja tidak. Topik ialah pokok pembicaraan, sedangkan judul adalah nama, merek, atau label karangan. Topik bersifat implisit, sedangkat judul bersifat eksplisit. Karena sifat topik, dan judul seperti itu, biasanya penulis menentukan topik yang ingin dibahasnya sebelum menulis, sedangkan pembaca menemukan judul sebelum membaca. Sebaliknya, penulis menentukan judul ketika atau setelah menulis, sedangkan pembaca mengetahui topik tulisan setelah membaca.
Dengan demikian, judul dan topik tidak sama. Dalam karangan fiksi –misalnya- topik tidak dengan sendirinya menjadi judul. Misalnya roman yang berjudul “Siti Nurbaya” bertopik dalam “Kawin Paksa”. Dalam karya ilmiah, biasanya topik bisa serta-merta menjadi judul. Berdasarkan uraian ini, maka topik yang sudah sangat spesifik di atas dapat langsung dijadikan judul.
Dalam menulis judul karangan ilmiah, penulis dituntuk hal-hal sebagai berikut:
1. Harus sesuai dengan topik atau isi dan jangkauannya.
2. Sebaiknya dinyatakan dengan frasa atau kelompok kata, bukan kalimat.
3. Sesingkat mungkin.
4. Sejelas mungkin, tidak dalam bentuk konotatif dan tidak bermakna ambiguitas.
5. Provokatif, memancing orang untuk membaca tulisan itu.

C. TEMA

Secara etimologis, kata “tema” berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti ”sesuatu yang telah diuraikan. Ini berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Tema berarti pokok pemikiran. Pokok pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk menjamin penyampaian ide secara teratur dan jelas sehingga isi karangan akan dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah.
Tema hendaknya harus diungkapkan secara eksplisit agar dapat membantu memudahkan penulis dalam menulis sebuah kerangka karangan (outline). Berdasarkan uraian di atas, contoh berikut akan memperjelas kedudukan tema dalam suatu kerangkan karangan. Sekaligus membedakan antara topik, judul dan tema.

Topik :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas
Judul :
(dapat disesuaikan dengan selera penulis)
1. Macet lagi, Macet lagi... Pusing!
2. Lalu-lintas Macet, Penyakit Modernisasi
3. Kemacetan Lalu-lintas dapat Memicu Stress.
Tema :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah semata-mata tanggung jawab aparat kepolisian, melaikan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu-lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah adanya kesadaran berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab, sebab keteraturan berlalu lintas adalah cermin kepribadian bangsa.
Seperti dalam topik, tema juga perlu pembatasan dalam penulisannya agar penulis tidak melantur atau melenceng dari pokok bahasan yang utama. Dengan begitu penulis akan lebih mudah membuat suatu karangan yang efektif

D. Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusun gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan di antara gagasan-gagasan yang ada. Kerangka mengandung rencana kerja bagaimana menyusun karangan. Kerangka akan membantu penulis menggarap karangan menjadi logis dan teratur serta memungkinkan penulis membedakan ide-ide utama dari ide-ide tambahan.
Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kernagka karangan karangan dapat berbentuk cacatan sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka yang belum final disebut outline sementara kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkapdisebut outline final.
Kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut.
a. Mempermudah pengarang menuliskan karangannya.
b. Mencegah pengarang menuliskan karanganya.
c. Memberi fokus atau arah sehingga pengarang tidak ke luar dari sasaran yang telah ditetapkan.
d. Membantu pengarang mengatur atau menetapkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya, juga menata detail karangan.
e. Sebagai miniatur dari keseleruhuhan karangan, melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu karangan.

1. Macam dan Bentuk Karangan
Kerangka Karangan ada 2 macam yaitu, Kerangka topik dan kerangka kalimat. Dalam pratik pemakaian, kerangka yang banyak dipakai adalah kerangka topik.
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, koma, atau klausa, yang didahului dengan tanda-tanda atau kode tertentu untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (.) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat tidak lengkap. Kerangka kalimat lebih bersifat resmi berupa kalimat lengkap. Pemakaian lengkap menunjukan diperlukannya pemikiran yang lebih luas daripada yang dituntut didalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul dan sub bab. Kerangka kalimat banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Bila outline sudah selesai. Kerangka kalimat itu dapat dipadatkan menjadi kerangka topik, demi kepraktisan. Pemakaian kalimat dapat saja untuk menulis judul bab. Jadi, kerangka bisa saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik. Meskipun pemakaian kerangka topik lebih dominan, tidaklah dipantangkan mencampur dengan kerangka kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab.
Kerangka dapat dibentuk dalam sistem tanda untuk kode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode yang berupa huruf dan angka. Bagian utama biasanya didahului angka tertentu (misalnya angka romawi), sedangkan bagian bawahnya (subbagian) menggunakan tanda yang lain. Ada juga kerangka yang hanya menggunakan angka Arab saja, jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya untuk makalah atau artikel sederhana. Kode-kode itu akan lebih kompleks di dalam karangan yang benar benar seperti skripsi, tesis, disertasi, dan buku. Perhatikan pemakaian kode kerangka berikut.

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, agar karangan terstruktur rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan. Kaidah pembagian yang perlu diingat adalah segala sesuatu yang terdapat di bawah sesuatu tanda harus berhubungan langsung dan takluk kepada yang membawahkannya. Tanda-tanda yang dipakai (huruf atau angka) harus ada pasangannya, minimal satu.

2. Pola penyusunan Kerangka Karangan
Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu pola alamiah dan pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola yang kedua dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.

a. Pola Alamiah
Seperti yang telah diuraikan di atas, penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua, yaitu urutan ruang dan urutan waktu.

1) Urutan ruang
Yang dimaksud dengan urutan adalah pola uraian yang menjabarkan keadaan suatu ruang seperti dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya. Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor, gedung, lokasi atau wilayah tertentu. Berikut ini contoh bagian kerangka karangan yang memakai urutan ruang.

Topik : Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
I. Banjir di Pulau Jawa
A. Banjir di Jawa Tengah
1. Daerah Semaranga
2. Daerah Pekalongan
B. Banjir di Jawa Barat
1. Daerah Ciamis
2. Daerah Garut
C. Banjir di .......

2) Urutan waktu
Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangakaian peristiwa. Kerangka tentang sejarah pastilah memakai urutan waktu. Agar tidak membosankan, urutan waktu seperti di atas dapat divariasikan dengan susuna terbalik misalnya dari akhir ke awal. Perhatikan contoh kerangka karangan yang memakai urutan waktu dibawah ini.

Topik : Riwayat Hidup Soekarno
1. Jati diri Soekarno
2. Pendidikan Soekarno
3. Karier Soekarno
4. Akhir Hidup Soekarno

Berdasarkan kerangka di atas dapat dibuat karangan singkat yang terdiri atas satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; dapat diperluas lagi menjadi empat bab; bahkan dapat dibauat menjadi satu buku. Begitualah pentingnya membbuat kerangka karangan sebelum mengarang.

b. Pola Logis
Di atas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara dalam berpikir bermacam-macam yaitu bergantung pada sudut pandangnya. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks – antiklimaks, sebab – akibat, pemecahan masalah, dan umum – khusus.

Contoh 1 (Urutan Klimaks)

Topik : Kejatuhan Soeharto
i. Praktik KKN Merajalela
ii. Keresahan di dalam Masyarakat
iii. Kerusuhan Sosial di Mana-mana
iv. Tuntutan Reformasi Menggema
v. Kejatuhan yang Tragis

Contoh 2 ( Urutan Sebab – Akibat)

Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1. Kebakaran di Tanah tinggi
2. Penyebab Kebakaran
3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana Rehabilitasi Fisik

Contoh 3 (Urutan Pemecahan Masalah)

Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ectasy
2.1 Pengaruh Ecstasy Terhadap Syaraf Pemakainya
2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap masyarakat
2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy
4. Kesimpulan dan Saran

Contoh 4 (Urutan Umum-Khusus)

Topik : Komunikasi Lisan
1. Komunikasi dan Bahasa
a. Bahasa Lisan
b. Bahasa Tulis
2. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
a. Kemampuan kebahasaan
1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
b. Kemampuan Akting
1. Mimik Muka
2. Gerakan Anggota Tubuh
3. Praktik Komunikasi Lisan.......dst


Reverensi :

Rahardi, Kunjara.2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka http://fikri-allstar.blogspot.com/2010/11/syarat-judul-yang-baik.html

Pengertian Ejaan, kata, dan unsur serapan


Pokok Pembahasan

1.Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?
2.Bagaimana sejarah perkembangan EYD?
3.Apa saja ruang lingkup EYD?


A. PENGERTIAN EJAAN

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

B. SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa Indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

C. RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur, dan pemakaian tanda baca.

1. Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu :kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

2. Penulisan Huruf

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu penulisan huruf besar dan penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :

a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)

Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.
6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan Desember
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut Jawa
Jazirah Arab
Asia Tenggara
Tanjung Harapan
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr. = doktor
S.H. = sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

b. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

3. Penulisan Kata

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

a. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya :
Dia teman baik saya.

b. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :

  • Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
    Misalnya :
    membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
  • Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
    Misalnya :
    bertepuk tangan, sebar luaskan.
  • Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
    menandatangani, keanekaragaman.
  • Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
    Misalnya :
    antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.

    c. Kata Ulang
    Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :

  • Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
    Misalnya :
    laki - > lelaki
  • Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
    Misalnya :
    rumah -> rumah-rumah
  • Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
    Misalnya :
    sayur -> sayur-mayur
  • Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
    Misalnya :
    main -> bermain-main

    d. Gabungan Kata
    Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
    Misalnya :
    mata kulih, orang tua.

  • Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
    Misalnya :
    ibu-bapak, pandang-dengar.
  • Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
    Misalnya :
    daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.

    e. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
    Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
    Misalnya :
    kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

    f. Kata Depan (di, ke, dari)
    Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
    Misalnya :
    Jangan bermian di jalan
    Saya pergi ke kampung halaman.
    Dewi baru pulang dari kampus.

    g. Kata Sandang (si dan sang)
    Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
    Misalnya :
    Nama si pengrim surat tidak jelas.
    Anjing bermusuhan dengan sang kucing.

    h. Partikel
    Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
    fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :

  • Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
    Misalnya :
    Bacalah buku itu baik-baik!
    Apakah yang dipelajari minggu lalu?
    Apatah gerangan salahku?
  • Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
    Misalnya :
    Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
  • Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
    Misalnya :
    Rapor siswa dilihat per semester.

    i. Singkatan dan Akronim
    Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
    Misalnya :
    dll = dan lain-lain
    yth = yang terhormat
    Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
    Misalnya :
    SIM = Surat Izin Mengemudi
    IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

    j. Angka dan Lambang Bilangan
    Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
    (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
    Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
    1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas
    2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat
    3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II Abad ke-2
    4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
    Misalnya :
    tahun 50-an = lima puluhan
    5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.
    Misalnya :
    Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
    6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
    Misalnya :
    Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
    55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
    7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.
    Misalnya :
    Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

    4. Penulisan Unsur Serapan

    Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
    Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :
    (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
    Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
    Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :

  • Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.
  • Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

    5. Pemakaian Tanda Baca

    a.Tanda Titik (.)
    Penulisan tanda titik di pakai pada :

    • Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
    • Akhir singkatan nama orang.
    • Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
    • Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
    • Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
    • Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
    • Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
    • Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.

    b.Tanda koma (,)
    Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
    • Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
    • Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
    • Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
    • Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
    • Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
    • Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
    • Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
    • Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
    • Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
    • Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
    • Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
    • Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
    • Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

    c.Tanda Titik Tanya ( ? )
    Tanda tanya dipakai pada :
    • Akhir kalimat tanya.
    • Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

    d.Tanda Seru ( ! )
    Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
    e.Tanda Titik Koma ( ; )
    Tanda titik koma dipakai :
    • Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
    • Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

    f.Tanda Titik Dua ( : )
    Tanda titik dua dipakai :
    • Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
    • Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
    • Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
    • Di antara jilid atau nomor dan halaman.
    • Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
    • Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
    • Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

    g.Tanda Elipsis (…)
    Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
    h.Tanda Garis Miring ( / )
    Tanda garis miring ( / ) di pakai :
    • Dalam penomoran kode surat.
    • Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

    i.Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
    Tanda petik tunggal dipakai :
    • Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
    • Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

    j.Tanda Petik ( “…” )
    Tanda petik dipakai :
    • Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
    • Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
    • Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.


    Reverensi :

    Cisca.2009.Pedoman Baku EYD TERBARU.Yogyakarta:Pustaka Widyatama.
    Salinan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia: Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional
    http://www.google.com

  • Pengertian Bahasa, Fungsi dan Ragamnya


    Pokok Pembahasan

    1. Apa pengertian dari “bahasa” ?
    2. Fungsi "bahasa" ?
    3. Apa saja jenis ragam “bahasa” ?


    A. Pengertian Bahasa

    Bahasa, masyarakat dan budaya adalah tiga entitas yang erat berpadu. Ketidak adaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Sosok bahasa sering diartikan sebagai prevoir (penanda) eksistensi budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Dapat dilihat bahwa akhir-akhir ini bahasa yang tidak memiliki makna dan arti yang baik bagi warganya akan ditinggalkan. Karena bahasa yang tidak memiliki makna yang baik maka akan mempengaruhi budayanya.
    Ada beberapa definisi Bahasa. Pertama, Bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Kedua, Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama dan identifikasi diri.

    Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
    1. BILL ADAMS
    Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjekti.f
    2. WITTGENSTEIN
    Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
    3. PLATO
    Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
    4. SUDARYONO
    Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.

    B. Fungsi Bahasa

    Fungsi utama bahasa adalah untuk komunikasi dan interaksi. Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus. Dalam literatur bahasa, dirumuskannya fungsi bahasa secara umum bagi setiap orang adalah:
    1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri
    Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita.
    2. Sebagai alat komunikasi
    Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang.
    3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
    Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.
    4. Sebagai alat kontrol sosial
    Contohnya untuk meredam amarah. Menulis juga dapat menjadi salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan amarah dengan menuangkan kekesalan kita pada selembar kertas.

    Fungsi bahasa secara khusus :
    1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari- hari.
    2. Mewujudkan Seni (Sastra).
    3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.
    4. Mengeksploitasi IPTEK.
    Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.

    C. Ragam Bahasa

    1. Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana :

    a) Ragam bahasa lisan
    Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
    b) Ragam bahasa tulis
    Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

    2. Ragam bahasa dari segi sudut pandangan bidang atau pokok persoalan :

    a) Ragam Bahasa Bisnis
    Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.
    Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
    ­

    • Menggunakan bahasa yang komunikatif.
      ­
    • Bahasanya cenderung resmi.
      ­
    • Terikat ruang dan waktu.
      ­
    • Membutuhkan adanya orang lain.

    b) Ragam Bahasa Hukum
    Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
    Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
    ­
    • Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
      ­
    • Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
      ­
    • Objektif dan menekan prasangka pribadi.
      ­
    • Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
      ­
    • Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensasi.

    c) Ragam Bahasa Fungsional
    Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.

    d) Ragam Bahasa Sastra
    Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.

    Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
    ­

    • Menggunakan kalimat yang tidak efektif
      ­
    • Menggunakan kata-kata yang tidak baku
      ­
    • Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi


    Reverensi

    Fitriyah, Mahmudah dan Ramlan Abdul Gani.2007.Pembinaan Bahasa Indonesia.Jakarta:UIN Jakarta Press
    Sudarno, Rahman, A., Eman.1986.Kemampuan Berbahasa Indonesia.Jakarta:Hikmat Syahid Indah
    Rahardi, Kunjana.2009.Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi.Jakarta:Erlangga
    http://azenismail.wordpress.com/2011/09/29/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/
    http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_info494.html
    id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
    http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-ragam-bahasa-untukku.html
    http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html
    http://tugasmanajemen.blogspot.com/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-ragam.html